Aku hidup di sebuah dunia yang tidak nyata. Apa yang aku lihat, apa yang bisa dirasakan oleh indra yang aku miliki semuanya hanyalah ilusi.
Sebuah pernyataan yang terdengar sangat berat dan abstrak. Mencari jejak Tuhan adalah hal yang sangat besar dan banyak menjadi salah satu tujuan dari perjalanan hidup. Cerita ini adalah salah satu perjalananku dalam pencarian Tuhan.
Sama seperti orang-orang lain yang mendapatkan pengalaman Tuhan mereka melalui panca indera yang mereka miliki, akupun mencoba mencari jejak Tuhan melalui pengetahuan, panca indera dan alat yang aku miliki. Dalam analisaku ini, masih banyak sekali pertanyaan yang tidak terjawab dan mungkin tidak akan terjawab sampai kapanpun.
1 - MATA
Seperti yang kita tahu, semua yang bisa kulihat adalah hasil dari ilusi yang dibuat dengan menangkap gelombang elektronik berupa cahaya yang memantul ke mata, ditangkap oleh reseptor tertentu yang diteruskan ke otak untuk diproses lebih lanjut.
Mata kita hanya bisa melihat gelombang elektromagnet antara 380 hingga 750 nanometer. dan itu adalah range yang sangat sempit jika dibandingkan apa yang ada di dunia nyata ini. dibawah 380 Nanometer kita bisa melihat warna inframerah, yang tidak ada satupun orang di dunia ini yang pernah melihatnya dengan mata langsung tanpa bantuan sebuah alat. Dan diatas 750 Nanometer kita bisa melihat warna ultraviolet.
Jadi kenyataan di dunia ini apakah hanya apa yang bisa kita lihat? tentu saja tidak, karena masih banyak gelombang-gelombang disana yang mataku tidak bisa tangkap dengan segala keterbatasanku.
Buktinya, coba kalian lihat device yang sedang kalian pakai buat membaca ini. Pasti memiliki WIFI, dan WIFI itu beroperasi 2.4 Ghz dan 5Ghz sebagian besar. Mata ku tidak bisa melihat gelombang wifi ini, tetapi dengan bantuan alat yang bernama router yang bisa “melihat” gelombang ini, terciptalah wifi.Contoh lainnya yaitu microwave yang kita gunakan untuk menghangatkan makanan, itu beroperasi di 2.45 Ghz. Sebuah gelombang yang tidak bisa dilihat, tetapi bisa dirasakan suatu benda karena bahkan bisa memanaskan air. Terlihat seperti sulap karena air bisa panas dengan sendirinya tanpa sentuhan apapun kecuali gelombang yang bahkan kita tidak bisa lihat.
Keterbatasan setiap mahkluk hidup berbeda-beda, contohnya hewan lebah. Adalah sebuah hewan yang bisa melihat gelombang ultraviolet yang berfungsi untuk melihat putik sari yang ada di dalam bunga. Atau hewan kelelawar yang bisa mendeteksi gelombang infrared, sehingga dia bisa melihat dengan jelas di malam hari dengan sangat minim bahkan tanpa cahaya yang bisa dilihat oleh manusia.
Disini terbukti apa yang bisa aku lihat dengan mata sangatlah sempit. Lalu apa yang terjadi jika aku diberi kemampuan untuk bisa melihat semua spectrum gelombang elektromagnetik? seperti apa bentuk dunia ini? Apakah dengan batasan yang TUhan berikan kepada kita hanya bisa menangkap gelombang tertentu adalah yang terbaik untuk umat manusia?
2 - TELINGA
Suara adalah aspek lain lagi selain visual. Mulai dari mendengarkan musik, orang berbicara, dan suara apapun yang dihasilkan oleh alam semesta, semua itu adalah hasil dari gelombang longitudinal yang bergerak lebih lambat dari elektromagnetik. Suara tercipta karena adanya sebuah partikel (udara) yang terkompresi, sehingga telinga kita bisa mempersepsikan hal tersebut sebagai “suara”.
Gelombang tersebut diukur dengan Hz atau Hertz. Dan telinga kita hanya bisa mendengar suara diantara 20hz hingga 20.000hz saja. Diluar dari range itu, telinga tidak bisa menangkap suaranya. Dan sama seperti cahaya, setiap mahkluk hidup memiliki kemampuan yang berbeda2 dalam menangkap suara asal kamu tau. Kelelawar bisa mendengar frekuensi hingga 100.000hz dan lumba-lumba bisa mendengar suara hingga sekitar 150.000hz
Jadi sebenarnya dunia ini lebih berisik kalau daripada yang telinga aku bisa dengar. Dalam setiap keheningan yang aku rasakan, disana terdapat banyak suara-suara lain yang tidak bisa aku dengar. Jadi di frekuensi berapa hertz, Tuhan berbicara kepada kita? di frekuensi berapa aku bisa mendengar suara Tuhan?
3 - HIDUNG
Yang ketiga coba aku mau mencari jejak Tuhan, melalui hidung yang kumiliki. Apakah dengan merasakan bau harum? bau dupa? atau bau tanah yang diguyur oleh hujan?
Dalam hidung kita terdapat banyak sekali reseptor yang memiliki keterbatasan bau apa yang bisa aku rasakan. Apalagi hidungku yang mungkin tidak terlatih untuk membedakan antara bau kopi arabika dan robusta.
Jadi seberapa sensitif hidung yang aku jika dibandingkan hewan lain yang memiliki indera penciuman lebih tajam seperti anjing? Anjing memiliki 300 juta reseptor, sedangkan manusia hanya memiliki 5 juta reseptor. Jadi secara umum, hidung anjing bisa dikatakan 6.000% lebih peka daripada manusia yang terlatih sekalipun. Anjing bisa mencium bau yang letaknya jauh dan hidung anjing juga lebih sensitif. Maka dari itu anjing dipakai oleh manusia untuk bisa membantu berburu, mencari barang hilang, dan masih banyak lagi.
Itu baru anjing lho, kamu tidak tahu diluar sana mungkin ada hewan lain lagi yang memiliki penciuman lebih hebat lagi dari anjing. Atau bisa jadi sebenarnya ada “Bau” diluar sana yang belum bisa terdeteksi oleh mahkluk hidup manapun yang kamu pernah tahu.
Jadi sepertinya mustahil untuk menemukan jejak Tuhan melalui indera hidung yang kumiliki.
4 - LIDAH
Sebenernya mirip dengan hidung, yaitu sama2 yang dibau / dirasakan itu adalah kimia tapi masuk melalui mulut yang ditangkap oleh lidah kita. Pada dasarnya hanya 5 jenis rasa saja yaitu manis, asin, asam, pahit, dan umami / gurih, sisanya merupakan kombinasi antara ke 5 tersebut, dipadukan juga dengan Bau (hidung), menciptakan suatu pengalaman tertentu ketika merasakan sebuah makanan. Jadi apakah diluar sana, ada rasa lain yang belum pernah dijelajahi?
Apakah dengan kita merasakan masakan dari berbagai belahan bumi. Dengan memakan makanan mentah, atau makanan yang enak bisa memahami Tuhan? apakah ada jejak Tuhan disetiap makanan yang kita makan?
5 - SENTUHAN
Kemampuan untuk mempersepsikan sebuah sentuhan ini cukup kompleks karena termasuk kemampuan merasakan suhu, tekanan, sakit, geli, gatal, dan masih banyak lagi. Kombinasi dari sentuhan ini lah, dipadukan dengan panca indra yang lainnya, menciptakan apa yang dinamakan dengan “EXPERIENCE” atau pengalaman.
Sekarang coba aku bayangkan sebuah pengalaman apapun yang pernah kuhadapi. Diputus pacar? Senang karena dapat hadiah? pengalaman pertama kali punya bayi? pengalaman ditinggal orang yang tersayang? ditinggal hewan peliharaan? Bahkan pengalaman spiritual, itupun merupakan perpaduan antara apa yang panca indra kita pernah alami.
Makanya di banyak kesempatan, sering kita dengar cerita bahwa orang yang bisa diganggu oleh “hantu” tertentu adalah yang biasanya pernah diceritakan, melihat, atau mengalami sebagai trauma masa kecil.
Apakah dengan melalui indera sentuhan ini, aku bisa menemukan jejak Tuhan? Sejauh ini, sentuhan adalah salah satu kandidat yang dimana mungkin aku akan menemukan jejak Tuhan, yang akan aku bahas nanti di akhir.
2 indra berikutnya yang akan kubahas setelah ini mungkin jarang didengar, karena memang jarang dibahas dan tidak ada terjemahan bahasa indonesia nya. Indra tersebut adalah
6 - PROPRIOCEPTION
Aku tidak menemukan bahasa Indonesianya, tapi kurang lebih jika dianalogikan, seperti “Gyroscope” yang terdapat pada device handphone misalkan. Yaitu kita bisa merasakan posisi, gerakan, dan orientasi bagian tubuh kalian terhadap satu sama lain dan dengan lingkungan, tanpa mengandalkan petunjuk visual.
Indra ini tersimpan di dalam otot, atau banyak kita bilang sebagai “muscle memory”. Atau dalam bahasa yang lebih awam lagi, orang sering menyebut dengan indra keenam (sixth sense) Menyangkut perubahan panjang otot, ketegangan, dan sudut2 sendi tertentu dalam melakukan gerakan. Contoh nyatanya, coba sekarang kita penjamin mata di tempat yang sepi. pasti kita tetap bisa merasakan apakah kita sedang berdiri, duduk, jungkir balik, atau jongkok. itu yang dinamakan indra Proprioception.Biasanya profesi2 seperti olahragawan, musisi dan artis memiliki kemampuan lebih dan sangat mengandalkan indra ini.
Indra ini sangat erat hubungannya dengan “experience” atau pengalaman yang pernah kita alami. Dihubungkan dengan indera lain, menciptakan suatu persepsi tertentu yang bisa saja kita simpulkan “telah menemukan jejak Tuhan”.
7 - VESTIBULAR
Ini juga aku tidak menemukan bahasa indonesianya, tapi kurang lebih, adalah kemampuan kita untuk bisa merasakan ruangan. Terletak di telinga bagian dalam. Organ ini, mendeteksi perubahan pada posisi kepala, rotasi, dan percepatan. Dengan memiliki indra yang ini, membantu kita untuk menjaga postur tubuh kita, melakukan aktivitas basic seperti berjalan, berlari, naik sepeda, dll. Jika indra ini terganggu, menyebabkan gejala-gejala seperti pusing, vertigo, dan hilangnya keseimbangan.
-----
7 Indra yang kusebutkan diatas itu adalah yang bisa dideteksi oleh kemampuan manusia dalam teknologi dan berpikir hingga saat ini. Apakah bisa menjamin manusia hanya memiliki 7 jenis indra itu saja? atau belum ditemukan saja indra pendeteksi manusia yang lainnya lagi?
Perpaduan antara 7 indra tadi saja, sudah bisa menghasilkan pengalaman yang sangat kompleks. Jadi akupun percaya setiap dari kita bisa memiliki pengalaman yang sangat unik dan sangat subjektif. Yang meskipun anak kembar, diberikan makanan, pelajaran dan nilai-nilai yang sama, pasti tetap akan memiliki pengalaman yang berbeda, dan semakin berbeda semakin mereka beranjak dewasa.
jadi dengan keterbatasan yang aku miliki, apakah aku masih bisa menyimpulkan kalau “Aku tidak percaya apa yang aku belum pernah lihat, dengar dan rasakan langsung?”
Sepertinya terlalu naif kalau aku hanya menyimpulkan itu saja. Karena aku percaya jika jejak Tuhan hanya bisa ditemukan melalui kombinasi dari panca indera yang kita miliki. Aku juga percaya jikalau Tuhan mudah untuk ditemukan, maka manusia tidak memiliki tujuan hidup lagi.
Justru karena pencarian itu adalah seumur hidup, yang membuat diri kita punya makna setiap harinya.Maka dari itu, yang kupercayai untuk saat ini, adalah Tuhan tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama tertentu, karena Tuhan bukanlah Objek, dan Subjek, tetapi bersifat personal dan ada di diri masing-masing dari kita. Bisa dibilang masing-masing diri kita adalah Tuhan untuk diri kita sendiri. Sesi pembahasan nya menjadi sangat berat sih, tapi mungkin aku mau jabarkan di artikel yang lain lagi tentang pernyataanku diatas. Di sisi lain, seringkali hal tersebut membuat ku “depresi” juga karena masih mempertanyakan statement ku sendiri benar atau salahnya.
Kalau sedikit dikaitkan ke agama ku yaitu kristen, di alkitab sendiri tertulis jika “berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya.” Apakah ini berarti percaya tanpa harus mempertanyakan adalah orang yang bahagia? Seakan pikiranku masih tidak bisa menerima hal tersebut karena aku mempertanyakan banyak sekali hal tentang dunia ini.
@Yedijaluhur
2024
Comentários