top of page
Writer's pictureYedija Luhur

Analisa Visual dan Semiotika foto milik Joshua Irwandi

Updated: Feb 7, 2022

Belakangan ini ada foto yang sedang viral tentang pasien jenasah covid 19. Karya foto milik anak bangsa @joshirwandi yang merupakan fotografer dari national geographic. Foto ini banyak menuai pujian dan viral hingga ke mancanegara, tapi ada juga orang yang tidak menyukainya juga dikarenakan melanggar etika, dll.. https://www.nationalgeographic.com/magazine/2020/08/how-devastating-pandemics-change-us-feature/


Di pembahasan blog ku ini, aku ngga akan menyentuh untuk permasalahan etika dan jurnalistiknya, karena bukan ranahku. Tetapi aku akan membahas secara mendalam pure dari segi visualnya dan semiotikanya, yang aku tangkap ketika melihat foto ini, sesuai dengan ranahku yaitu DKV.

Pertama-tama ketika aku melihat foto ini, langsung tertarik untuk menganalisa karena penuh dengan makna, dan juga visualnya, kesan pertamaku adalah langsung "fascinate" terhadap foto ini. Banyak elemen-elemen pendukung dan juga semiotik yang langsung aku tangkap ketika melihat foto ini.


1. Komposisi

Secara komposisi, foto ini menggunakan "PHI GRID". Phi grid ini mirip dengan rule of third. Perbedaannya adalah jika rule of third menggunakan skala 1:1:1 untuk grid nya, phi grid ini menggunakan 1:0.618:1 seperti golden ratio. Dalam hal ini, joshua membuat fotonya dengan sangat rapi yaitu meletakkan subjek berada tepat di tengah foto tersebut sehingga perhatian viewer langsung tertuju kepada bagian tengah frame tersebut. Selain itu jika kalian perhatikan di bagian atas kiri dan kanan frame, terdapat ujung dari ruangan tersebut, yang sengaja tidak di crop, selain utnuk memperlihatkan kesan 3D pada foto tersebut, juga membuat subjek tersebut terlihat berada di salah satu ruangan kamar, yang tidak terlalu besar, dan terkesan terisolasi.


2. Guiding Line


Jika kita perhatikan komposisi penataan objek-objek yang terdapat di dalam foto tersebut, jika ditarik garis seperti gambar diatas, maka akan sangat jelas sekali, objek-objek yang ada di dalam ruangan pun, membantu komposisi foto tersebut, mengarahkan pandangan mata kita ke tengah semuanya. Objek di bagian kanan membentuk garis lurus, sedangkan TV di bagian kiri pararel dengan arah kaki dari subjek tersebut juga membentuk suatu garis, memperkuat komposisinya.Dan tidak lupa juga gorden yang ada di dalam foto tersebut juga membantu untuk mengarahkan pandangan mata kita ke tengah frame foto tersebut.


3. Lighting


Jika diperhatikan, foto ini sepertinya tidak menggunakan lighting tambahan, hanya memanfaatkan lighting yang ada di ruangan tersebut. Jika diperhatikan lagi ada pantulan cahaya di dalam ruangan tersebut yang menandakan hal tersebut.


Penggunaan 1 lighting tersebut membuat ruangan terkesan lebih dramatis. Cahaya yang jatuh ke bagian subjek tersebut membuat pandangan mata kita langsung tertuju ke subjek tersebut. Penggunaan 1 lighting ini juga menyebabkan vignete pada foto. Selain itu juga sepertinya terdapat vignete natural yang ada pada lensa tersebut.



Untuk membuktikannya, saya juga memiliki luminosity map yang aku gambarkan di foto dibawah ini untuk memperlihatkan bagian mana yang terang dan mana yang gelap.

4. Warna


Segi warna ini adalah hal yang paling menarik dari foto ini. Aku sudah menggambarkan color palette yang digunakan dalam foto diatas. warnanya lebih cenderung dari Coklat kelabu, denderung ke biru dan biru tua langitnya. Seperti yang kita tau, setiap warna itu memiliki psikologinya masing-masing juga. Warna coklat ini sendiri bisa berarti : Stability, sadness, warmth, natural, organic, dan mourning/berduka. Seakan menggambarkan subjek tersebut kembali ke asalnya yaitu ke tanah. Untuk warna biru bisa berarti : Stabil, cold, wisdom, truth. Seakan subjek tersebut sudah tenang berada di alam lain.

Jika diperhatikan, dalam color wheel, warna biru dan coklat keemasan ini juga merupakan warna komplimenter, yaitu warna yang kontrast dan saling berseberangan menyebabk perpaduan warna dalam foto ini pun secara tidak sadar terlihat menarik. Jika kita tarik ke belakang lagi, perpaduan warna inipun sebenarnya sering digunakan memnjadi color palette dalam film2 hollywood yaitu teal/blue and orange. Hanya saja pada foto ini, karena kesannya sedang berduka, warna orange nya lebih di tone down ke warna coklat yang keabu-abuan.

__________


Diatas adalah sedikit analisa visual dari aku, selain visual yang memang pesannya sudah kuat, saya juga menangkap beberapa pesan semiotika dalam foto ini. Karena saya juga merupakan seorang fotografer yang memiliki cukup pengalaman di bidang pengambilan foto dan penguasaan alat, jadi mungkin saya bisa menyimpulkan 3 hal ini, semiotika yang memiliki arti sangat dalam.


1. Semiotika Warna Jika kita lihat lagi, foto diatas diambil dalam keadaan blue hour. Blue hour ini bisa berarti keadaan setelah sunset atau bisa sebelum sunrise. Semiotikanya, bisa saja 1 diantara 2 hal ini. Yaitu berakhirnya suatu kehidupan (sunset) atau bisa juga justru dimulainya harapan baru untuk umat manusia (sunrise). 2. Semiotika Sudut Pemotretan (Angle) Jika diperhatikan lebih detail lagi, sepertinnya bayangan dari fotografer yang sedang mengambil foto ini terlihat di bayangan kaca tersebut dan dia sendirian di dalam ruangan tersebut. Selain itu juga terlihat bahwa fotografer ini mengambil foto jenasah ini dari "eye level" atau sejajar dengan subjek foto tersebut. Seperti yang kita ketahui, dalam teknik video dan fotografi, permainan angle kamera ini, mengambil dari atas maupun dari bawah bisa memiliki kesan yang berbeda. Jika kita memotret dari atas ke bawah, biasanya subjek yang ada pada foto itu terkesan inferior, kecil, kasihan, dll. Sedangkan jika kita memotret dari bawah ke atas, subjek yang ada pada foto tersebut lebih terkesan superior, sombong, angkuh, dan powerful.

Semiotik yang aku tangkap pada foto ini yaitu sang fotografer ini justru sangat menghormati subjek yang dia sedang foto. Dia tidak memandang subjek tersebut secara inferior maupun superior, tapi jenasah tersebut juga sama seperti kita, dia manusia, patut dihormati dan dihargai. Ini adalah bentuk penghormatan yang paling "ultimate" menurutku yang tertuang di dalam foto ini. 3. Semiotika Focal Length Lensa Menurut pengamatan dan pengalamanku selama memotret, terlihat jika fotografer ini mengambil foto dengan lensa sekitar 35mm di kamera full frame dikarenakan tidak adanya distorsi yang berlebihan pada ruangan dan juga jika ditarik semiotikanya, penggunaan lensa 35mm ini kurang lebih adalah sama dengan penglihatan mata manusia. jiak kita melihat dengan 2 mata (50mm jika melihat dengan 1 mata saja). Efek dari pemilihan focal length ini membuat para viewer seakan merasakan melihat langsung di depan mata sendiri. keadaan yang ada di dalam foto tersebut secara tidak sadar.

_____________ Diatas adalah sedikit dari pesan visual dan semiotika yang aku tangkap. Jika kalian masih mempunyai masukan, atau ada tambahan bisa juga mengshare blog ini, dan memberikan masukan ke saya. Jika ada kritik atau yang tidak setuju juga bisa memberikan masukan. Untuk format videonya bisa di cek juga di video dibawah ini. Terimakasih :)

@YedijaLuhur


119 views0 comments

Recent Posts

See All

留言


bottom of page